Polemik Keraton Kasepuhan, Budayawan: PRA Lukman Menyalahi Adat

Polemik Keraton Kasepuhan, Budayawan: PRA Lukman Menyalahi Adat

CIREBON – Polemik di Keraton Kasepuhan terus bergulir. Sejumlah tokoh masyarakat, seniman, sejarawan hingga masyarakat prihatin dengan adanya polemik tersebut.

SJ, salah satu Budayawan Cirebon yang enggan ditulis namanya mengatakan, PRA Luqman Zulkaedin yang kini menjabat sebagai Sultan Sepuh ke XV dianggap menyalahi pepakem adat.

\"PRA Luqman itu adalah putra ke dua dari almarhum Sultan Arief. Jadi secara pepakem itu sudah menyalahi adat,\" katanya kepada radarcirebon.com, Jumat (5/11/2021).

Menurut SJ, putra mahkota adalah putra pertama laki-laki dari seorang sultan atau raja yang akan mewarisi tahta kelak.

\"Nah, selama yang namanya putra pertama laki-laki itu masih hidup tidak boleh diganti oleh siapapun terlepas kondisinya seperti apa. Karena itu sudah menjadi pepakem secara adat dan tradisi. Tapi yang terjadi sekarang kok bisa diambil oleh anak kedua, padahal anak pertamanya masih hidup,” ujarnya.

Baca juga:

Perlu diketahui, sepeninggal Sultan Sepuh PRA Arief Natadiningrat, perebutan tahta di Keraton Kasepuhan Cirebon bergejolak. Babad Peteng, atau sejarah gelap Cirebon pun dituntut untuk diluruskan.

Kemudian polemik ini muncul ke permukaan saat Raden Rahardjo Djali melakukan penggembokan di dalam area Keraton Kasepuhan. Kemudian muncul pihak lain seperti Santanan Kesultanan Cirebon dengan Pangeran Kuda Putih (PKP), hingga Family Kesultanan Cirebon. Kini ada tiga sultan Keraton Kasepuhan.

Mereka adalah PRA Luqman Zulkaedin sebagai Sultan Sepuh ke XV, Raden Rahardjo Djali sebagai Sultan Sepuh Aloeda II dan Pangeran Wisnu Lesmana Nugraha yang dinobatkan sebagai Sultan Keraton Kasepuhan dengan gelar Pangeran Jayawikarta III. (rdh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: